JAMBI – Memasuki tiga bulan, pengusutan Kepolisian Daerah Jambi terhadap kasus ledakan maut pipa gas di area kerja PT PetroChina International Jabung Ltd, NEB#9, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjungjabung Barat, belum jua membuahkan hasil.
Terutama untuk menyeret pejabat PT PetroChina yang secara teknis dan kewenangan dinilai paling bertanggung jawab atas insiden kecelakaan di lokasi kerja perusahaan KKKS PetroChina-SKK Migas yang menjadi isu global, dan bahkan mendapat sorotan tajam dari wakil rakyat di DPR RI, sepekan belakangan ini.
Untuk diketahui, kasus ledakan maut tersebut terjadi sekitar pukul 01.45 WIB, Minggu (18/12/2022). Lokasinya pada area NEB#9, di wilayah Kecamatan Betara. Letupan disertai sambaran api dahsyat terjadi saat para pekerja bidang maintenance PT PetroChina tengah melakukan penggantian pada line pipa gas, pada tengah malam buta.
Penyebab ledakan belum diketahui, karena belum ada keterangan resmi dari pihak berkompeten, termasuk dari penyidik Ditreskrimsus Polda Jambi yang mengambil alih kasus dari Kepolisian Resort Tanjungjabung Barat. Insiden tersebut menyebabkan dua pekerja tewas dan enam lainnya cidera berat akibat mengalami luka bakar parah.
Kendati sudah berjalan lebih tiga bulan, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jambi yang kompeten menangani kasusnya, belum juga mengungkap terang-benderang mengenai penyebab dan tersangka yang bertanggung jawab dalam kasus ledakan maut yang baru-baru ini disoroti DPR RI.
Kapolda Jambi melalui Direktur Reskrimsus Komisaris Besar Christian Tory membenarkan, kasus kecelakaan kerja di area PetroChina tersebut dalam proses penyelidikan untuk memastikan adanya unsur pelanggaran hukum serta menemukan pihak yang paling bertanggung jawab dalam insiden maut tersebut.
Secara terpisah, anggota Ditreskrimsus Polda Jambi Ajun Komisaris Polisi Dedi Kurniawanan, saat hearing dengan sejumlah aktivis peduli hukum di Mapolda Jambi, Senin baru-baru ini, menyebutkan kasus ledakan pipa gas PetroChina masih berjalan.
Dikatakan, prosesnya pada tahap pemeriksaan kelengkapan keterangan saksi dan korban. Sedikitnya, seudah 11 orang saksi yang diperiksa terkait kasus ledakan pipa gas dimaksud. Menurutnya, dimungkinkan penyidik akan memanggil beberapa saksi lagi dari para pihak terkait.
Lantaran masih tahapan lidik, dari belasan saksi yang telah dimintai keterangan, belum didapatkan konfirmasi soal pemeriksaan terhadap skasi berinisial RH, pegawai pengawas senior dari PetroChina yang sesuai hirarki dan prosedural, diduga paling bertanggung jawab dalam pengerjaan penggantian line pipa gas yang berujung kecelakaan.
“Masih diproses, terima kasih informasinya, ” ujar Dirreskrimsus Christian Tory, seraya menegaskan pihaknya akan berupaya mengungkap kasus ledakan pipa gas PetroChina secara profesional dan sesuai hukum berlaku.
Human Error
Sementara itu, berdasarkan informasi lapangan yang dihimpun media ini, menduga kuat terjadinya insiden yang merenggut dua nyawa manusia dan melukai enam pekerja tersebut, disinyalir gegara human error atau adanya faktor kelalaian.
Secara kasat mata dan perhitungan akal sehat, hal itu terindikasi dari waktu pengerjaan penggantian pipa gas yang diduga di luar prosedural atau di luar standar operasional yang berlaku pada kegiatan hulu migas.
Gubernur Jambi H Al Haris pun pernah mengungkapkan hal itu pasca kejadian di depan wartawan di Jambi. Tanpa bermaksud mencampuri proses hukum, Haris mengingatkan kejadian serupa ke depannya jangan terjadi lagi, khususnya di areal kegiatan hulu migas di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Provinsi Jambi.
Hal senada juga pernah dikemukakan mantan Kepala Bidang Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Dinaskertrans Provinsi Jambi Dedy Ardiansyah kepada wartawan.
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan sementara, dia mendeteksi penyebab kecelakaan kerja di area NEB#9, Betara tersebut diduga akibat waktu kerja yang over (tengah malam), proteksi kebakaran yang tidak pada tempatnya serta posisi genset yang dinilai terlalu dekat dengan lokasi penyambungan pipa gas dengan las.
Menurut seorang sumber indonesia satu yang pernah berpengelaman bekerja di sektor hulu migas, mengamini bahwa pengerjaan maintenance pipa gas pada tengah malam buta tidak lazim dan rawan karena jika ada kebocoran gas akan mengendap di bawah karena cuaca dingin.
“Tidak lazim memang dilakukan tengah malam. Kecuali lokasi pekerjaan di jalur rawan ramai lalu-lintas orang. Dan pekerjaan akan berjalan atas perintah senior maintenance superintendent (pengawas senior, Red). Artinya yang bersangkutan patut diperiksa sebagai saksi kunci, ” ujar sumber yang keberatan disebutkan identitasnya.(UTI)